Mobil listrik pada akhir abad 19 dan awal abad 20 sangat popoler, baru-baru ini penjualan mobil listrik meningkat di pangsa pasar Eropa. Pe...
Mobil listrik pada akhir abad 19 dan awal abad 20 sangat popoler, baru-baru ini penjualan mobil listrik meningkat di pangsa pasar Eropa.
Perusahaan analisis LSM Transport & Environment (T&E) yang beroperasi di banyak ibu kota negara-negara Eropa mencatat, selama masa pandemi COVID-19 penjualan mobil secara keseluruhan anjlok. Namun pangsa pasar mobil listrik meningkat tiga kal lipat di kawasan Ekonomi Eropa (EEA, European Economic Area), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Namun teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah membuat persaingan semakin sulit untuk mobil listrik.
Mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial jika dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa. Yang paling utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor.
Mobil listrik ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca dimana mobil listrik tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya.
Ketergantungan minyak dari luar negeri pun berkurang, karena bagi beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan banyak negara Eropa, kenaikan harga minyak dapat memukul ekonomi mereka. Bagi negara berkembang, harga minyak yang tinggi semakin memberatkan neraca pembayaran mereka, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi mereka.
Dari semua keuntungan mobil listrik saat ini juga memiliki kesulitan diantaranya
-
Harga mobil listrik masih jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa dan kendaraan listrik hibrida karena harga baterai ion litium yang mahal. Namun seiring berjalannya waktu harga baterai akan turun dikarenakan permintaan produksi dalam jumlah besar.
- Masih sedikitnya stasiun pengisian untuk mobil listrik, ditambah lagi ketakutan pengendara akan habisnya isi baterai mobil sebelum mereka sampai di tujuan. Selain itu, pengisian baterainya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini yang merupakan alasan mengapa para pabrikan otomotif memasarkan mobil listrik sebagai "mobil harian" yang hanya cocok untuk pemakaian dalam kota saja atau perjalanan jarak pendek.
Di negara Indonesia sendiri, pada tanggal 1 April 2012 pemerintah kucurkan 100 miliar rupiah untuk riset mobil listrik. Lalu pada tanggal 10 Juni 2013 pemerintah tegaskan kendaraan listrik bebas pajak. Kemudian pada tanggal 12 Juni 2013 Zbee dari Swedia resmi membuka pabrik kendaraan listrik dengan nama PT Lundin Industry, yang terletak di Kota Banyuwangi, Jawa Timur, dan target produksi minimal 100.000 unit per tahun.
Indonesia juga memproduksi mobil listrik. Walaupun masih berupa purwarupa, mobil listrik buatan anak bangsa cukup menjanjikan. Saat ini telah ada 2 model yang diketahui, yaitu Mobil listik Ahmadi dan Tucuxi. Pada tanggal 20 Mei 2013 dilakukan diuji coba bus listrik untuk APEC 2013 Oktober. Sampai sekarang bus listrik tersebut melayani transportasi publik di Yogya.
Tanggal 6 Mei 2014 ITS menorehkan rekor mobil listrik untuk dalam negeri dengan rincian jarak tempuh total 800 km, kecepatan rata-rata 120-130 km/jam serta setiap 8 jam dilakukan pengisian ulang selama 3 jam. Rute yang ditempuh adalah Jakarta–Bandung–Tasikmalaya–Purwokerto–Jogjakarta–Madiun–Surabaya.
Bahkan pada tahun 2020 ini Tesla salah satu perusahaan besar yang memproduksi mobil listrik ingin berinvestasi mendirikan pabrik baterai di Indonesia.
Kabar investasi Tesla pertama diungkap Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ayodhia GL Kalake.
"Khusus untuk Tesla, pihak Tesla secara informal sudah menghubungi pak Menko Luhut, tetapi ini masih penjajakan awal dan belum terlalu detail. Kami perlu diskusi lebih lanjut bersama pihak Tesla," kata Ayodhia dikutip dari cnnindonesia.com.
Dengan adanya terobosan teknologi mobil listrik ini diharapkan mampu menekan polusi karbon dioksida hingga 1,5 giga ton per tahun.(IAS)
Sumber: wikipedia, cnnindonesia.com
COMMENTS