Puisi Pahlawan menggambarkan tentang arti yang sebenarnya dari Pahlawan.
Disetiap 10 November kata pahlawan selalu berulang muncul dalam sebut-sebutan;
Entah yang konvensional media, TV, surat kabar, maupun internet yang kontemporer;
Ada yang mengartikan pahlawan sebagai yang merebut kemerdekaan walaupun sebenarnya pelaku tak mau disebut pahlawan;
Ada yang mengartikan sebagai mengisi pembangunan walaupun itu hanya peran sosial;
Pasca kemerdekaan pahlawan disematkan dalam atribut negara, menjadi pilihan pada orang-perorang bukan sekalian yang berjuang lalu mati;
Pahlawan bukan juga ditahbiskan kepada Bapak, Ibu yang merawat, membesarkan, dan juga guru yang mendidik yang sebenarnya sebagai sejatinya pahlawan;
Pahlawan berubah sebagai tafsir atas diksi yang sempit, kata yang dipasung, bukan lagi sebagai kata yang merdeka, bebas nilai;
Pahlawan hanya kau bukan dia maupun mereka;
Pahlawan bukan pada siapa saja sebutan yang menanamkan jasa pada setiap orang;
Pahlawan bagi yang dibilang pantas diberikan cap stempel belaka;
Pahlawan yang tanpa tanda jasa hanya untuk hiburan dikenang;
Pahlawan telah berubah menjadi seremonial pada taman-taman makam pahlawan;
Wahai tuan dan nyonya, pemuda-pemudi yang pantas disebut pahlawan, terimalah kenyataan zaman;
Tetaplah menjadi pahlawan cukup dengan keikhlasan tanpa pamrih diharap;
Tetaplah menjadi pahlawan walaupun tak dipuja, tak dikenang;
Tetaplah berbuat kebajikan dimanapun lingkungan, wahai kaum pemilik jiwa-jiwa pahlawan.
Penulis: Dwi Ulung
COMMENTS